BARRU, ONLINEKASUS.COM — Pemerintah Kabupaten Barru kembali menggelar tradisi adat Mapalili atau Turun Sawah sebagai penanda dimulainya musim tanam 2025–2026. Kegiatan ini berlangsung di Larumpia, Kelurahan Mangempang, Kecamatan Barru, pada Rabu (22/10/2025).
Acara dibuka oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Barru, Abubakar, S.Sos., M.Si., yang hadir mewakili Bupati Barru, Hj. Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si., dan Wakil Bupati Barru, Dr. Ir. Abustan, M.Si. Keduanya pada waktu bersamaan menghadiri Upacara Hari Santri Nasional bersama Gubernur Sulawesi Selatan di DDI Mangkoso.
Dalam sambutannya, Pj Sekda menekankan bahwa Mapalili bukan sekadar tradisi, melainkan warisan budaya masyarakat Bugis Barru yang penuh makna kebersamaan dan spiritualitas. Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi momentum kesepakatan para petani untuk memulai musim tanam secara serempak, sebagai bentuk rasa syukur sekaligus ikhtiar bersama menghadapi musim tanam.
“Melalui tradisi ini, kita ingin mendorong para petani agar lebih terencana dalam menentukan waktu tanam, memilih varietas unggul, menggunakan pupuk berimbang, serta mewaspadai hama dan penyakit tanaman,” ungkapnya.
Pj Sekda juga menyoroti potensi pengaruh fenomena La Niña lemah yang diprediksi terjadi di akhir tahun 2025. Fenomena ini berpotensi menyebabkan datangnya musim hujan lebih awal dan durasi yang lebih panjang, sehingga petani diimbau untuk menyesuaikan pola tanam berdasarkan kondisi iklim.
Target Tanam 2025 Capai 31.086 Hektare
Menurut data Dinas Pertanian, target luas tanam di Kabupaten Barru pada tahun 2025 mencapai ±31.086 hektare. Hingga saat ini, realisasinya telah mencapai 27.539 hektare atau sekitar 88 persen dari total luas baku sawah sebesar 16.144 hektare.
Khusus di Kelurahan Mangempang, yang menjadi lokasi pelaksanaan Mapalili, luas tanam musim tanam (MT) I mencapai 306 hektare dan MT II sebanyak 300 hektare, dengan total 606 hektare. Produktivitas padi di wilayah ini rata-rata mencapai 9,12 ton per hektare, menjadikan Mangempang salah satu sentra pertanian paling produktif di Barru.
Pemerintah daerah terus mendorong peningkatan produksi melalui program Luas Tambah Tanam (LTT) dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari IP200 menjadi IP300, yakni menanam padi tiga kali dalam setahun. Petani juga didorong menggunakan varietas unggul Genjah Super dengan masa panen lebih singkat, sekitar 75 hari setelah tanam.
Dalam arahannya, Pj Sekda juga menekankan pentingnya peran aktif penyuluh pertanian lapangan (PPL) dalam mendampingi petani di lapangan. Penyuluh diharapkan mampu mendeteksi dini potensi serangan hama dan penyakit, serta memberikan solusi cepat bagi petani.
“Tradisi Mapalili ini bukan sekadar seremoni, tetapi simbol kebersamaan, gotong royong, dan harapan agar hasil panen tahun ini melimpah. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi ini sebagai bagian dari pembangunan pertanian yang berkelanjutan,” tutup Pj Sekda.
Hadirkan Berbagai Unsur Forkopimda dan Masyarakat
Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Barru, anggota DPRD Barru Andi Wawo Mannonjengi, S.H., Kapolsek Barru, Babinsa Kelurahan Mangempang, Camat Barru, para lurah dan kepala desa se-Kecamatan Barru, Ketua KTNA, penyuluh pertanian lapangan (PPL), kelompok tani, serta tokoh masyarakat setempat.(br)