PAREPARE – Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, menggelar Diseminasi Pemodelan Revitalisasi Bahasa Daerah. Kegiatan ini di gelar 9 – 10 Juli 2024 ini, menghadirkan Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Ganjar Harimansyah, bertempat di Hotel Bukit Kenari, kelurahan Bumi Harapan, kecamatan Bacukiki Barat, kota Parepare, selasa (9/7/2024).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Parepare, H.M. Makmur mengatakan, kegiatan Diseminasi itu merupakan pengimbasan pemodelan revitalisasi bahasa daerah, dari Guru utama kepada guru imbas se Kota Parepare. Guru utama ini merupakan guru yang telah di latih oleh Balai Bahasa Provinsi Sulsel, pada pelatihan yang di gelar beberapa bulan lalu. Tidak semua yang hadir di sini adalah guru yang benar – benar memiliki disiplin ilmu bahasa daerah, sehingga di latih dalam pemodelan revitalisasi bahasa daerah, agar anak – anak suka belajar bahasa daerah di sekolah. Kegiatan itu sebagai upaya dalam melestarikan bahasa daerah, agar tidak punah di gunakan oleh penuturnya.
Sedangkan Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulsel, Dr Ganjar Harimansyah mengapresiasi, pelaksanaan Diseminasi yang di gelar oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare. Di berbagai daerah saya sering menjadikan Parepare sebagai contoh, dalam hal revitalisasi bahasa daerah. Tidak hanya di tingkat Provinsi, tetapi di tingkat nasional. Semoga prestasi ini, bisa di pertahankan sebagai bukti bahwa Parepare peduli pelestarian bahasa daerah.
Secara teknis, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Parepare, Niniek Harisany mengatakan, kegiatan itu menghadirkan 102 orang guru dari jenjang SD dan SMP, serta 23 orang guru master dan utama yang di latih oleh Balai Bahasa Sulsel tahun 2021-2024. Kegiatan Diseminasi ini juga di rangkaikan dengan membekali para guru bahasa daerah, dalam kemampuan menyusun dokumen operasional kurikulum merdeka sebagai perangkat pembelajaran, seperti Tujuan Pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran.
Dalam pembukaan diseminasi ini, nampak para panitia dan guru – guru master serta utama menggunakan pakaian adat tradisional, sedangkan para peserta mengenakan baju batik Lontara. (*)